Menurut Angela, penyerapan sewa ruang kantor non-CBD mencapai 57 ribu
meter persegi sepanjang kuartal pertama tahun ini. Kawasan yang menjadi
incaran para penyewa adalah Jalan T.B. Simatupang, Jakarta Selatan,
yang diperkirakan bakal tumbuh menjadi sentra bisnis baru dalam beberapa
tahun mendatang. Para penyewa kebanyakan adalah perusahaan yang
bergerak di luar sektor jasa dan keuangan. Akibat fenomena ini, harga
sewa di kawasan tersebut melambung dalam waktu singkat. "Kenaikan
harganya mencapai 10 persen," ujarnya.
Head of Research Jones Lang LaSalle, Anton Sitorus, menyatakan
permintaan ruang kantor di area CBD maupun non-CBD pada tahun ini
berpotensi melampaui 2012 yang mencapai 380 ribu meter persegi. Hal ini
didukung fakta penyerapan bersih ruang kantor di kawasan CBD sepanjang
kuartal I yang sudah mencapai 120 ribu meter persegi. "Permintaan ruang
kantor terus menguat didorong oleh ekspansi para penyewa," katanya.
Namun, menurut Anton, tingginya penyerapan pasar perkantoran CBD
dibarengi turunnya tingkat hunian dari 94 menjadi 92 persen. Hal ini
disebabkan oleh tingginya jumlah pasok baru pada triwulan pertama yang
mencapai 240 ribu meter persegi. Meski penyerapan turun, harga sewa
perkantoran CBD terus meningkat dalam kisaran 7-10 persen.
Hasil riset yang sama dirilis PT Colliers International awal
bulan ini. Lembaga tersebut menyatakan properti komersial di area
non-CBD Jakarta Selatan mencapai 115.976 meter persegi dan Jakarta Barat
50.600 meter persegi. Menurut Director Office Services Colliers, Bagus
Adikusumo, kawasan T.B. Simatupang bakal menguasai 73 persen pangsa
pasar karena memiliki akses yang strategis.
Di samping gedung perkantoran, hunian komersial lain yang
diminati konsumen adalah mal atau properti retail. Berdasarkan survei
Jones Lang Lasalle, penyerapan properti retail mencapai 26 ribu meter
persegi sepanjang triwulan I 2013. Tingkat hunian mal sewa merangkak
naik dari 92 menjadi 93 persen setelah dipicu kenaikan pengunjung.
Country Head Jones Lang LaSalle, Todd Lauchlan, mengatakan
tingginya hunian mal dipicu pergeseran strata ekonomi dan kenaikan daya
beli masyarakat. Jumlah konsumen di Indonesia bisa mencapai 135 juta
orang pada 2030 dengan pendapatan per kapita US$ 6.000 per tahun.
Meski prospeknya cukup cerah, Lauchlan mengatakan sektor properti
retail dibayang-bayangi kompetisi yang ketat. Karena itu, para
pengelola mal masih memusatkan perhatian pada penambahan tingkat hunian
dan jumlah pengunjung tanpa menaikkan harga sewa. "Trennya tidak seperti
pada pasar perkantoran," kata dia.
Dengan fenomena tersebut, Lauchlan memperkirakan banyak peritel
asing yang menyerbu Indonesia. Dia mengatakan ekspansi peretail asing
bisa memberi dampak positif bagi perkembangan sektor retail di dalam
negeri. ARIEF WIBOWO | FERY FIRMANSYAH
Selasa, 04 Juni 2013
Perkantoran Non-CBD Laris Manis
Tags :
Related : Perkantoran Non-CBD Laris Manis
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
-Kami tidak akan segan-segan menghapus komentar anda jika tidak berhubungan dengan artikel.
-Dilarang keras berkomentar dengan live lnik (akan dihapus).
-Komentar yang membangun sangat kami harapkan Untuk memajukan blog ini.