Selasa, 04 Juni 2013

Perkantoran Non-CBD Laris Manis

Menurut Angela, penyerapan sewa ruang kantor non-CBD mencapai 57 ribu meter persegi sepanjang kuartal pertama tahun ini. Kawasan yang menjadi incaran para penyewa adalah Jalan T.B. Simatupang, Jakarta Selatan, yang diperkirakan bakal tumbuh menjadi sentra bisnis baru dalam beberapa tahun mendatang. Para penyewa kebanyakan adalah perusahaan yang bergerak di luar sektor jasa dan keuangan. Akibat fenomena ini, harga sewa di kawasan tersebut melambung dalam waktu singkat. "Kenaikan harganya mencapai 10 persen," ujarnya.


Head of Research Jones Lang LaSalle, Anton Sitorus, menyatakan permintaan ruang kantor di area CBD maupun non-CBD pada tahun ini berpotensi melampaui 2012 yang mencapai 380 ribu meter persegi. Hal ini didukung fakta penyerapan bersih ruang kantor di kawasan CBD sepanjang kuartal I yang sudah mencapai 120 ribu meter persegi. "Permintaan ruang kantor terus menguat didorong oleh ekspansi para penyewa," katanya.



Namun, menurut Anton, tingginya penyerapan pasar perkantoran CBD dibarengi turunnya tingkat hunian dari 94 menjadi 92 persen. Hal ini disebabkan oleh tingginya jumlah pasok baru pada triwulan pertama yang mencapai 240 ribu meter persegi. Meski penyerapan turun, harga sewa perkantoran CBD terus meningkat dalam kisaran 7-10 persen.


Hasil riset yang sama dirilis PT Colliers International awal bulan ini. Lembaga tersebut menyatakan properti komersial di area non-CBD Jakarta Selatan mencapai 115.976 meter persegi dan Jakarta Barat 50.600 meter persegi. Menurut Director Office Services Colliers, Bagus Adikusumo, kawasan T.B. Simatupang bakal menguasai 73 persen pangsa pasar karena memiliki akses yang strategis.


Di samping gedung perkantoran, hunian komersial lain yang diminati konsumen adalah mal atau properti retail. Berdasarkan survei Jones Lang Lasalle, penyerapan properti retail mencapai 26 ribu meter persegi sepanjang triwulan I 2013. Tingkat hunian mal sewa merangkak naik dari 92 menjadi 93 persen setelah dipicu kenaikan pengunjung.


Country Head Jones Lang LaSalle, Todd Lauchlan, mengatakan tingginya hunian mal dipicu pergeseran strata ekonomi dan kenaikan daya beli masyarakat. Jumlah konsumen di Indonesia bisa mencapai 135 juta orang pada 2030 dengan pendapatan per kapita US$ 6.000 per tahun.


Meski prospeknya cukup cerah, Lauchlan mengatakan sektor properti retail dibayang-bayangi kompetisi yang ketat. Karena itu, para pengelola mal masih memusatkan perhatian pada penambahan tingkat hunian dan jumlah pengunjung tanpa menaikkan harga sewa. "Trennya tidak seperti pada pasar perkantoran," kata dia.


Dengan fenomena tersebut, Lauchlan memperkirakan banyak peritel asing yang menyerbu Indonesia. Dia mengatakan ekspansi peretail asing bisa memberi dampak positif bagi perkembangan sektor retail di dalam negeri. ARIEF WIBOWO | FERY FIRMANSYAH

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Perkantoran Non-CBD Laris Manis

0 komentar:

Posting Komentar


-Kami tidak akan segan-segan menghapus komentar anda jika tidak berhubungan dengan artikel.
-Dilarang keras berkomentar dengan live lnik (akan dihapus).
-Komentar yang membangun sangat kami harapkan Untuk memajukan blog ini.